Rabu, 18 Maret 2009
Gereja menurut anak KMK
Oleh Fr. Joshua F Munthe
Jurnal Katolik, Pekan Biasa ke-29
Banyak umat katholik mengetahui Gereja Katholik hanya pemuakaanya saja. Adanya Paus, Hirarki, lonceng gereja, ekaristi, dan itu sudah mewakili Gereja Katholik menurut mereka. Namun, apakah arti sebenarnya dari “GEREJA” itu sendiri ?
Kata yang dipakai dalam bahsa Inggris dan Jerman untuk Gereja (Church, Kirche) diambil dari kata sifat Yunani “kurike” yang berarti “milik Tuhan”. Kata yang biasanya dipakai dalam kitab suci ialah “eklesia” (dari kata kerja Yunani ‘ekklien’) : memanggil keluar- bahasa Perancis : ‘eglise’ ) yang berarti “pertemuan rakyat” (bdk. Kis 19:39), terutama yang bersifat relegius.
Dalam pemakaian Kristen, “Gereja” berarti pertemuan liturgis (bdk. 1 Kor 11 : 18; 14: 19.28 : 34.35), tetapi juga jemaat setempat (1 Kor 1:2, 16:1) atau seluruh persekutuan kaum beriman (bdk 1 Kor 15:9). Ketiga pengertian ini tidak boleh dipisahkan satu dari yang lain. “Gereja” adalah umat Allah yang dihimpun di seluruh dunia. Ia terdiri dari jemaat-jemaat setempat dan menjadi nyata sebagai pertemuan liturgis, terutama sebagai pertemuan ekaristi. Ia hidup dari sabda dan dari Tubuh Kristus dan karenanya menjadi Tubuh Kristus.
Di dalam kitab suci kita menemukan sejumlah besar gambar dan lambang, melaluinya wahyu berbeicara tentang misteri Gereja yang tak terselami gambar-gambar yang diambil dari perjanjian lama adalah versi-versi dari satu pokok yaitu gagasan mengenai “Umat Allah”.
“Gereja itu tanaman atau ladang Allah (lih. 1 Kor 3 : 9 ). Di ladang itu tumbuhlah pohon zaitun bahari, yang akar kudusnya ialah para bapa bangsa. Di situ telah terlaksana dan akan terlaksanalah perdamaian antara bangsa Yahudi dan kaum kafir (bdk. Roma 11 : 13-26). Gereja ditanam oleh Petani surgawi sebagai kebun anggur terpilih (Mat 21 : 33-43), Kristuslah pokok anggur yang sejati. Dialah yang memberi hidup dan kesuburan kepada cabang-cabang yakni kita yang karena Gereja tinggal dalam Dia dan yang tidak mampu berbuat apa pun tanpa Dia (Yoh 15 : 1-5)” (Lumen Gentium 6).
Sering pula gereja disebut bangunan Allah ( 1 Kor 3 : 9). Tuhan sendiri mengibaratkan diri-Nya sebagai batu, yang dibuah oleh para tukang bangunan, tetapi malahan menjadi batu sendi (Mat 21 : 42, bdk. Mzm 118 : 22). Di atas dasar itulah Gereja dibangun oleh para rasul (bdk. 1 Kor 3 :11) dan memperoleh kekuatan dan kekompakan dari padaNya. Bangunan itu diberi berbagai nama, rumah Allah (lih. 1 Tim 3 : 15), tempat tiggal keluarga-Nya; kediaman Allah dalam roh ( bdk . Ef 2 : 19-22), kemah Allah ditengah manusia (Wahyu 21 : 3 ) dan terutama Kanisah Kudus. Kanisah (Arab ; qanisdhah) itu dipergunakan sebagai gedung-gedung ibdat dan dipuji-puji oleh Bapa Suci. Lagi pula dalam liturgy dengan tepat di ibaratkan Kota Suci. Jerusalem Baru. Sebab disitulah kita bagaikan batu-batu yang hidup dibangun di dunia ini ( 1 Pet 2 : 5 ). Yohannes memandang Kota Suci itu, ketika pada pembaharuan turun dari Allah di surga, siap sedia ibarat mempelai yang behias bagi suaminya (Wahyu 21 : 1-2)” (Lumen Gentium 6).
“Gereja juga digelari ‘Jerusalem yang turun dari atas’ dan ‘Bunda kita’ (Gal 4 :26) dan dilukiskan sebagai mempelai nirmala bagi Anak Domba Allah yang tak bernoda (lih. Wahyu 19 : 17. 21: 2 dan 9; 22 : 17). Kristus ‘mengasihi-Nya dan telah menyerahkan diriNya bagiNya untuk menguduskannya’ (Ef 5 : 25.26). Ia menggabungkannya dengan diriNya dalam perjanjian yang tak terputuskan, serta tiada hentinya mengasuhnya dan merawatnya (Ef 5 : 29 )’ (Lumen Gentium 6).
Gereja – didirikan oleh Jesus Kristus : Mat 16 : 18 “TU ES PETERUS ET SUPER HANC PETRAM AEDIFICABO ECCLESIAM MEAM ET TIBI DABO CLAVES REGNI CAELORUM” ( kamulah Petrus dan di atas wadas itu akan Aku bangun Gereja-Ku, KepadaMu Aku berikan Kunci kerajaan Surga).
Gereja – dinyatakan oleh Roh kudus. “sesuai tugas yang diberikan Bapa kepada Putera untuk ditunaikan di dunia, di utslah Roh Kudus pada hari Pentakosta, agar ia senantiasa menyucikan Gereja”. (Lumen Gentium 4). Ketika itu “Gereja ditampilkan secara terbuka di depan khalayak ramai dan dimulailah penyebaran Injil di antara bangsa-bangsa melalui pewartaan’ (Ad Gentes 4 ). Melalui Roh Kudus, “Gereja yang diperlengkapi dengan karunia-karunia pendiriNya, dan yang dengan setia mematuhi perintah-perintahNya tentang cinta Kasih, kerendahan hati, dan ingkar diri. Menerima perutusan untuk mewartakan kerjaan Kristus dan kerajaan Allah, dan mendirikannya di tengah semua bangsa” (Lumen Gentium 5 ).
Gereja – memepelai Kristus. Kesatuan antar Kristus dan Gereja, kepala dan anggota-anggota Tubuh. Berarti juga bahwa kedua-duanya memang berbeda satu dari yang lain. Tetapi berada dalam hubunga yang sangat pribadi. Aspek ini sering dinyatakan dengan gambar mempelai pria dan wanita. Bahwa Kristus adalah pengantin pria dari Gereja, telah dinyatakan oleh para Nabi, santo Johannes Pembaptis emngumumkannya (bdk. Yoh 3 : 29). “ Seluruh Kristus, Kepala dan Tubuh, satu dari yang banyak ….. Apakah Kepala yang berbicara atau Tubuh yang berbicara, selalu Kristuslah yang berbicara, baik dalam perananNya sebagai Kepala (ex persona capitis), maupun dalam peranan Tubuh ( ex persona corporis). Apa yang tertuli ? ‘Keduanya menjadi satu daging. Itu adalah rahasia yang sangat dalam : saya mengenakannya kepada Kristus dan Gereja’ (Ef 5 : 31-32). Dan Tuhan sendiri berkata dalam Injil Suci : ‘Jadi mereka bukan lagi dua melainkan satu daging, (Mat 19 : 6 ), .. Seperti kamu tahu, ada dua pribadi tetapi di pihak lain hanya datu oleh hubungan perkawinan…. Sebagai kepala Ia menamakan diri mempelai pria, sebagai tubuh mempelai wanita” (Agustinus, Psal. 74, 4).
Gereja – kanisah Roh Kudus. “Sebagaimana Roh kita, artinya jiwa kita untuk anggota-anggota kita, demikianlah Roh Kudus untuk anggota-anggota Kristus, untuk Tubuh Kristus, ialah Gereja’ (Agustinus, serm. 267, 4). “Jadilah jasa Roh Kudus sebagai prinsip yang tidak tampak, bahwa semua bagian tubuh terikat ei antara mereka satu dengan yang lain maupun juga dengan kepala mereka yang mulia, karena Roh itu secara utuh berada dalam kepal, utuh dalam tubuh, utuh dalam anggota-anggota masing- 3808). Roh Kudus menjadi Gereja “Kanisah Allah yang hidup” (2 Kor 6 : 16).
“Anugerah Ilahi ini dipercayakan kepada Gereja …. Di dalamnya dicanangkan persekutuan dengan Kristus, artinya Roh Kudus, penjamin kebakaan, peneguh iman kita, tangga surgawi menuju Allah… diman ada Gereja, di situ ada Roh Allah ; di mana ada Roh Allah, di sana ada Gereja dan semua rahmat” (Ireneus, hear. 3, 24,1).
“Dalam segala bagian tubuh Roh Kudus adalah prinsip bagi setiap tindakan yang membawa kehidupan dan yang benar-benar menyelamatkan” (Pius XII, Ens. ‘Mystici Corporis’ : DS 3808). Ia melaksanakan dengan berbagai macam cara pembangunan seluruh Tubuh dalam cinta (bdk. Ef 4 : 16) : Oleh Sabda Allah. Yang mempunyai kekuatan untuk membangun”. (Kis 20 :32) ; Oleh pembaptisan, yang olehnya Ia memberi kepada anggota-anggota Kristus pertumbuhan dan penyembuhan : oleh kebijakan-kebijakan, yang menyebabkan perbutan-perbuatan baik ; oelh aneka ragam karuna khusus, yang dinamakan karisma, yang menjadikan umat beriman “cakap dan bersedia untuk menerima berbagai karya atau tugas, yang berguna untuk membaharui Gereja serta meneruskan pembangunanya” (LG 12). (bdk. Apostolicam Actusitatem 3).
(dilanjutkan : sifat gereja – session 2)
Ket: Ens : Ensiklik
DS : Dogmatikke Sacrae
Bdk : Bandingkan
Nah teman-temanku sudah mengertikan akan sejarah Gereja itu dari mana. Jelas Gereja adalah Karya dari Jesus sendiri, dan melalui St.Petrus (Sebagai Paus I ) semua rencana Allah bahkan “kunci kerajaan” surga di mandatkan.
Jadi bangga dounk gereja Katholik itu adalah betul-betul dirian dari Yesus sendiri dan para rasulNya. Pastor-pastor yang sampai saat ini TIDAK menikah, karena memang untuk hal kerajaan Surga, mengikuti teladan Yesus dan telah terpanggil direncanakan oleh Allah.
santo dominikus
Para imam Dominikan berkhotbah tentang iman. Mereka berusaha meluruskan kembali ajaran-ajaran sesat yang disebut bidaah. Semuanya itu bermula ketika Dominikus sedang dalam perjalanan melewati Perancis Selatan. Ia melihat bahwa bidaah Albigensia telah amat membahayakan orang banyak. Dominikus merasa berbelas kasihan kepada mereka yang bergabung dengan bidaah sesat tersebut. Ia berusaha menyelamatkan mereka. Para imam Dominikan pada akhirnya berhasil mengalahkan bidaah yang amat berbahaya tersebut dengan doa, teristimewa dengan Doa Rosario (baca juga Asal-usul Rosario). Dominikus juga mendorong umatnya untuk bersikap rendah hati dan melakukan silih. Suatu ketika seseorang bertanya kepada St Dominikus buku apakah yang ia pergunakan untuk mempersiapkan khotbah-khotbahnya yang mengagumkan itu. “Satu-satunya buku yang aku pergunakan adalah buku cinta,” katanya. Ia selalu berdoa agar dirinya dipenuhi cinta kasih kepada sesama. Dominikus mendesak para imam Dominikan untuk membaktikan diri pada pendalaman Kitab Suci dan doa. Tidak seorang pun pernah melakukannya lebih dari St. Dominikus dan para pengkhotbahnya dalam menyebarluaskan devosi Rosario yang indah. St. Dominikus seorang pengkhotbah ulung, sementara St. Fransiskus dari Asisi seorang imam miskin yang rendah hati. Mereka berdua bersahabat erat. Kedua ordo mereka yaitu Dominikan dan Fransiskan membantu umat Kristiani hidup lebih kudus. Para imam Dominikan mendirikan biara-biara di Paris - Perancis, Madrid - Spanyol, Roma dan Bologna - Italia. Semasa hidupnya Dominikus juga melihat ordo yang didirikannya berkembang hingga ke Polandia, Skandinavia dan Palestina. Para imam Dominikan juga pergi ke Canterbury - London, dan Oxford di Inggris.
St. Dominikus wafat di Bologna pada tanggal 7 Agustus 1221. Sahabat dekatnya, Kardinal Ugolino dari Venisia kelak menjadi Paus Gregorius IX. Ia menyatakan Dominikus sebagai orang kudus pada tahun 1234.
Saat St. Dominikus ditanya buku apakah yang ia pergunakan untuk mempersiapkan khotbah-khotbahnya yang mengagumkan itu. Ia menjawab, “Satu-satunya buku yang aku gunakan adalah buku cinta.” Injil Yesus Kristus adalah buku cinta.
“Aku memuliakan DiKau Tuhan, atas Cinta KasihMu yang agung menjadi teladan orang-orang beriman. Sehingga mereka diKuduskan oleh NamaMU, sehingga mereka ikut merasakan sakitnya penderitaan-Mu. Aku berterima kasih atas Santo Dominikus yang menjadi pelindung namaku. Ikut sertakanlah aku dalam Karya penyalamtanMu. Seperti Santo Pelindungku. Amin.....!!
Sumber : by Sr. Susan H. Wallace, FSP, Copyright © 1999, Daughters of
By. Bahrum Dominikus Sipangkar
Rabu, 03 September 2008
"KAMU bukan lagi sebagai orang lain, melainkan anggota keluarga Allah (Efesis 1 : 5)
Acara ini memang lebih mengutamakan "VISI & MISI" KMK. ada juga sejumlah acara berupa "talk Show" ataupun seminar, yang diadakan oleh panita. Dan narasumbernya adalah alumni, dimana yang diundang waktu itu adalah, Bpk. Dionsius Sihombing, M.Si, (manatan ketua Umum 1999-2000) dan Bpk. Drs. Barita E. Dabukke(juga mantan ketua umum 2 tahun diatas pembicara I), yang mana mereka adalah teladan dan telah sukses dari UK-KMK ST.MARTINUS UNIMED, pejabat tinggi KATHOLIK, dan Team Pastoral itu sendiri. Semoga Orientasi kita dapat terlaksana.
Selasa, 19 Agustus 2008
Rabu, 13 Agustus 2008

- KATOLIKSITAS ( untuk tetap menjaga dan mengembangkan IMAN Katolik sesama mahasiswa Katolik, mlalui kegiatan-kegiatan yang bersifat religius, berorientasi pada perkembangan spritual setiap anggota)
- FRATERNITAS ( Untuk tetap membina rasa persaudaraan sesama mahasiswa Katolik di civitas akademik Universitas Negeri Medan)
- INTELEKTUALITAS (dengan kegiatan-kegiatan yang bernuasa KATOLIK, disukusi bersama, berkerja sama, diharapkan mampu mengembangkan intelektualitas setiap mahasiswa di bidang ilmunya masing-masing
- GELORA PADUAN SUARA
- GELORA TEATER
- GELORA TARI
Untuk informasi selengkapnya boleh kirim e-mail anda di sini kmkst.martinus@yahoo.co.id Atau anda boleh datang ke sekretariat kita yang terletak di jalan sering no. 100 A pancing , Medan.
Ketiga GELORA di atas adalah suatu wujud pelayanan kita terhadap iman "KEKATOLIKAN" yang setiap anggota punya. Dan merupakan jantung pergerakan KMK sehari-hari. Telah banyak Prestasi yang telah diukir. Salah satunya adalah mengikuti PASPARAWI tingkat nasional di Surabaya, 15-20 Agustus 2000. Nah...bukan cuman itu saja, mengisi acara di stasiun Telivisi (TVRI), melayani di pesta pernikahan dsb.